INDICATORS ON ANDY UTAMA: MENGUBAH LAHAN MENJADI HARAPAN ORGANIK YOU SHOULD KNOW

Indicators on Andy Utama: Mengubah Lahan Menjadi Harapan Organik You Should Know

Indicators on Andy Utama: Mengubah Lahan Menjadi Harapan Organik You Should Know

Blog Article

Setidaknya ada dua wilayah studi sejarah yang ditekuni Ong, yakni sejarah sosial dan sejarah politik. Kedua wilayah ini selalu mewarnai hampir semua esai Ong sepanjang kariernya sebagai sejarawan dan ilmuwan sosial. Fokus studi Ong ini menunjukkan bahwa dunia perdesaan Jawa sangatlah penting dalam memahami kolonialisme sekaligus dinamika yang terjadi di dalamnya menyangkut hubungan antarkelompok sosial yang ada, baik di tingkat elite maupun masyarakat.

Jika Andi Achdian berupaya menghadirkan pemikiran Ong, juga penggalan isi surat-surat pribadi Ong kepada koleganya yang selama ini belum pernah dipublikasikan, sebaliknya Ong justru berperan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan pengetahuan sejarah atau kemasyarakatan sekaligus perkawanan intelektual antara berbagai individu dengan latar belakang serta minat yang berbeda.

Yaa... Semacam horor gitu sih. Membayangkan ada berapa banyak orang yang dulu pernah mati karena sistem tanam paksa dan jadi buruh cangkul di sekitar rel kereta tempo dulu.

Dapat dikatakan, penulisan nama Onghokham menjadi bagian dari konsistensi Ong dalam gerakan asimilasi dan dia pun mempraktikkannya dalam keseharian. Di kemudian hari, tentang penulisan namanya yang “berubah” menjadi Ong Hok Ham – seperti disebut oleh sejarawan Asvi Warman Adam “ terjadi setelah peristiwa Mei 1998. Efek peristiwa yang sangat kuat membekas dalam diri Ong itu “memaksanya” kembali menjadi Tionghoa dengan menyandang nama “Ong Hok Ham”, karena malu sebagai orang Indonesia atas kekerasan yang terjadi dalam peristiwa itu. Soal lain yang disinggung Achdian dan sesungguhnya merupakan inti dari seluruh rangkaian diskusi atau percakapan antara sang guru dan muridnya ini adalah seputar peristiwa 1965.

Lewat pertemuan hari ini kita perlu membangun konsolidasi dan pertemuan kembali untuk mempersatukan kita dalam gerakan bersama, merumuskan persoalan-persoalan menyangkut masyarakat Dairi dan bergerak bersama untuk mewujudkan keadilan sosial.

Dengan minimnya dampak lingkungan, gelombang laut dan tenaga air menjanjikan pilihan bersih yang dapat diandalkan untuk masa depan.

Ibadah dibawakan oleh Pdt. Andi Lumban Gaol yang melayani di  HKBP Antuang dengan khotbah Galatia five:16   Alai on do hudok: “Marguru tu Tondi i ma hamu marparange; unang pasaut hamu hisaphisap ni daging!”. Beliau menyampaikan bahwa setiap orang harus terus belajar dari jiwa bukan dari keserakahan yang saat ini banyak dipertontonkan oleh negara melalui investasi yang justru sangat berdampak kepada petani. Petani menderita, tanahnya dirampas, mereka diintimisadasi dan menerima perlakukan tidak adil lainnya. Konflik agraria yang sering mereka hadapi kadang membuat mereka hampir menyerah untuk mempertahankan hak-hak ya karena begitu besar tekanan yang mereka hadapi.

Percakapan antara sang guru dan murid ini telah membuka selubung misteri tentang peristiwa tersebut dan dampaknya bagi kehidupan pribadi Ong dan mungkin saksi hidup lainnya — bagaimana memahami peristiwa itu setelah berjarak mendapatkan informasi lebih lanjut puluhan tahun.

Kita telah sama-sama ketahui, fenomena perubahan iklim terutama disebabkan oleh pembakaran energi fosil (seperti batubara dan minyak bumi), pembabatan hutan serta mineralisasi zat organik sebagai hasil dari aktivitas pengolahan tanah di bidang pertanian.

Kita berharap bahwa akan semakin banyak lagi petani yang memilih untuk menerapkan sistem pertanian organik di seluruh Indonesia sehingga akan semakin berkontribusi bagi kesehatan lingkungan dan juga bagi peningkatan perekonomian nasional.

Selain itu, novel ini juga menggambarkan bagaimana serikat buruh kereta api bekerjasama untuk mengembangkan aliran komunis. 

Mari kita dukung perkembangan pertanian organik di Indonesia untuk menciptakan sistem pangan yang lebih baik bagi kita dan bumi.

Setelah ibadah kita melanjutkan dengan menanam padi organik bersama peserta di sawah inventaris Gereja. Lahan tersebut segaja diberikan oleh Pendeta Andi untuk ditanami padi natural. Tujuaannya adalah supaya gereja HKBP Antuang menjadi contoh bagi umatnya untuk memulai pertanian yang selaras dengan alam. Disamping mengajak mereka untuk  menjaga lingkungan dan ruang hidup, konsep pertanian juga mampu mengurangi biaya produksi karena mereka bisa mengolah apa yang ada dialam sekitar mereka menjadi pupuk dan pestisida alami.

Seiring daya tariknya yang terus berkembang, solusi-solusi inovatif ini tidak hanya menawarkan alternatif yang ramah lingkungan, tetapi juga memicu refleksi mendalam mengenai cara kita berinteraksi dengan planet ini.

Report this page